Headlines News :
Home » , , » Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah/Madrasah

Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah/Madrasah

Written By Admin on Thursday, July 3, 2014 | 6:36 AM

Kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang masih dijadikan pijakan dalam Permendikbud No. 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam kurikulum baru tersebut pembelajarannya masih berpedoman pada pendekatan pembelajaran komunikatif. Hal ini dapat dilihat dari kompetensi dasar yang termuat dalam kurikulum baru tersebut, yang menekankan pada dicapainya penguasaan fungsi sosial bahasa sebagai alat komunikasi. Kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting karena kompetensi tersebut berfungsi sebagai penentu isi atau materi pelajaran dan metode yang digunakan dalam mencapai tujuan tersebut.
Sesuai dengan kompetensi komunikasi yang akan dicapai maka isi atau materi pelajaran bahasa haruslah berupa teks karena teks merupakan produk bahasa yang mencerminkan makna atau ide yang lahir dari hasil komunikasi sosial.
Teks menurut Halliday, seorang ahli tata bahasa Inggris moderen, adalah semua bentuk kejadian bahasa yang dapat didengar atau dibaca atau dengan kata lain yang terungkap dalam komunikasi lisan maupun komunikasi secara tertulis. Implikasi dari pemaknaan teks tersebut adalah bahwa teks merupakan perwujudan dari hubungan yang sangat erat antara aturan – aturan bahasa dengan kata – kata sebagai wakil makna dunia sekitar pembicara bahasa.
Tata bahasa Inggris moderen menjelaskan bahwa teks terjadi dalam lingkup suatu budaya dalam bentuk berbagai peristiwa sosial. Peristiwa – peristiwa sosial inilah yang memunculkan ide – ide atau pemikiran – pemikiran yang berfungsi sebagai tujuan komunikasi. Selanjutnya pada tataran komunikasi atau penyampain ide, teks dibentuk oleh tiga variabel, yaitu pelaku komunikasi yang disebut tenor, wujud kegiatan yang dikomunikasikan yang dinamakan field, dan jalan yang ditempuh untuk menyampaikan ide yang dikenal sebagai mode. Selanjutnya teks tersebut diidentifikasi menurut tujuan komunikasi dalam wujud varian tindak berbahasa.
Selain menentukan isi atau materi pelajaran yang secara tersirat dalam kurikulum 2013 disebut sebagai teks, kompetensi dasar juga sangat berpengaruh dalam menentukan metode atau teknik pembelajaran bahasa. Jika tujan pembelajaran yang akan dicapai adalah kemampuan berkomunikasi, maka metode atau teknik yang dipakai adalah metode atau teknik yang dapat melibatkan siswa dalam pengalaman – pengalaman berbahasa yang membawa mereka pada tahap internalisasi kompetensi bahasa.
Dalam catatan sejarah pembelajaran bahasa terdapat dua paradigma tentang bagaimana seharusnya bahasa itu diajarkan, yaitu paradigma behaviorisme dan paradigma kognitivisme atau mentalisme.
Paradigma behaviorisme memandang pembelajaran bahasa sebagai proses pembentukan kebiasaan berbahasa dalam kerangka stimulus – respon – penguatan sebagaimana dikembangkan oleh psikolog B.F. Skinner. Paradigma ini diperkuat oleh laporan keberhasilan Leonard Bloomfield dalam menerapkan pembelajaran yang berfokus pada pola – pola kalimat melalui metode substitution drill. Dari paradigma behaviorisme berkembanglah pendekatan struktural, yaitu cara pandang atau kerangka berpikir tentang pembelajaran bahasa yang bertujuan menjadikan pelajar bahasa sebagai analis ulung struktur bahasa yang dipelajari.
Lain halnya dengan pandangan behaviorisme, penganut kognitivisme atau mentalisme menyakini bahwa proses pembelajaran bahasa tidak sekedar membentuk kebiasaan tindak berbahasa melainkan juga sebagai proses kreatifitas mental. Pandangan ini diperkuat oleh fakta kemampuan anak – anak untuk mengungkapkan susunan kalimat yang belum pernah mereka dengar atau pun belum diajarkan kepada mereka. Dalam ruang lingkup pembelajaran bahasa paradigma kognitivisme melahirkan pendekatan komunikatif, yaitu sebuah pendekatan pembelajaran bahasa yang dinilai paling sempurna. Pendekatan pembelajaran komuikatif ialah cara pandang atau kerangka berpikir tentang pembelajaran bahasa yang bertujuan untuk membuat pelajar bahasa mampu menggunakan bahasa yang dipelajari dalam komunikasi lisan dan komunikasi tulis.
Dalam sejarah pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonsia pasangan paradigma behaviorisme dan pendekatan struktural telah terlebih dahulu menunjukkan kiprahnya dalam fluktuasi pembelajaran bahasa pada kurun waktu antara tahun 1947 hingga tahun 1993, sedangkan sejak tahun 1994 pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing telah memulai babak baru dengan berpijak pada paradigma kognitivisme dan pendekatan komunikatif.
Dampak fluktuasi paradigma dan pendekatan pembelajaran bahasa Inggris bagi sejumlah kalangan yang berkepentingan dalam dunia pendidikan memang akan sangat terasa. Akan tetapi bagi para pengajar bahasa Inggris, hal tersebut bukanlah merupakan masalah yang besar apabila mereka tetap berpegang pada teori kebahasaan yang selalu menjadi rujukan dalam merumuskan materi dan kegiatan belajar yang dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Diantara teori tersebut adalah teori pengertian bahasa.
Menurut para pakar linguistik bahasa dapat didefinisikan sebagai rangkaian sistem yang terdiri dari sistem bunyi (phonology), sistem makna (semantic), sistem formasi kata (morphology), sistem formasi kalimat (syntax), dan diksi (vocabulary) yang terintegrasi dalam berbagai fungsi komunikasi. Integrasi sistem – sistem pembentuk fungsi komunikasi inilah yang secara linguistik disebut sebagai grammar. Pengertian bahasa tersebut sangat penting dipahami oleh para pengajar bahasa karena dari pengertian ini akan memberikan inspirasi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan aktivitas pembelajaran.
Tujuan pembelajaran bahasa secara sederhana dapat dirumuskan sebagai dikuasainya dan digunakannya bahasa yang dipelajari dalam komunikasi. Berdasarkan pengertian bahasa tersebut diatas dapat dirumuskan kriteria penguasaan bahasa sebagai berikut:
1. Menguasai suatu bahasa berarti mengetahui dan dapat membedakan bunyi yang termasuk dan bunyi yang tidak termasuk dalam bahasa itu. Sebagai contoh orang Indonesia merasa kesulitan mengucapkan kata “change” /tʃeɪndʒ/ karena bunyi tersebut tidak ada dalam sistem bunyi bahasa Indonesia, mereka cenderung mengucapkannya dengan ucapan /ceng/ karena bunyi tersebut teridentifikasi dalam bahasa Indonesia.
2. Menguasai suatu bahasa adalah memahami hubungan anatara urutan bunyi dengan maknanya. Apabila seorang penutur bahasa Indonesia diminta untuk menyelesaikan soal berikut:
Pak Ahmad sedang … kunci rumahnya yang hilang.
a. mencari
b. mencuri
, maka penutur tersebut akan memilih a. (mencari) sebagai jawaban yang tepat karena ia sangat tahu perbedaan makna kata “mencari” dan “mencuri”.
3. Menguasai suatu bahasa berarti mampu menggabungkan kata – kata menjadi frase dan kalimat. Meskipun tidak pernah mempelajari pola – pola kalimat secara formal para penutur bahasa Indonesia umumnya akan mengucapkan Saya (subyek) makan (predikat) nasi (obyek), dan tidak dengan urutan seperti Makan (predikat) saya (subyek) nasi (obyek).
4. Menguasai suatu bahasa berarti dapat membedakan antara kalimat yang benar dan kalimat yakan tidak benar. Perhatikanlah contoh berikut ini:
a. Pak Ahmad mengantarkan anakya sampai Jakarta.
b. Sampai Jakarta Pak Ahmad mengantarkan anaknya.
c. Mengantarkan anaknya Pak Ahmad sampai Jakarta.
d. Pak Ahmad anaknya mengantarkan sampai Jakarta.
e. Anaknya Pak Ahmad mengantarkan Jakarta sampai.
Para penutur bahasa Indonesia akan dengan cepat membedakan mana diantara
Ungkapan – ungkapan tersebut diatas yang merupakan kalimat yang paling dapat diterima secara semantik.
Berdasarkan uraian mengenai bahasa dan penguasaan bahasa tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa grammar merupakan inti bahasa, dan mengajarkan bahasa pada dasarnya mengajarkan grammar bahasa yang terdiri dari aspek phonology, morphology, semantic, syntax, dan diction atau vocabulary. Dan oleh karena itu aktivitas pembelajaran bahasa seharusnya berupa pengalaman – pengalaman berbahasa yang bersifat ekspoitasi aspek – aspek kebahasaan dari bahasa yang sedang dipelajari. Dalam praktek pembelajaran di kelas, pembelajaran setidak – tidaknya berupa kegiatan atau aktivitas berbahasa yang dimaksudkan untuk:
1. Memberikan pengalaman dalam melafalkan sistem bunyi bahasa.
2. Memberikan latihan dalam mengidentifikasi unit bunyi yang dapat membedakan arti.
3. Memberikan fasilitas yang berguna untuk menumbuhkan potensi kreatifitas bahasa, yaitu membuat ungkapan atau rangkaian ungkapan yang lebih komplek berdasarkan model yang dibeikan.
4. Mengembangkan diksi atau kosakata yang berfungsi untuk mewakili ide atau pesan yang disampaikan dalam komunikasi.
Selanjutnya hendaknya disadari bahwa jika diperhatikan kegiatan – kegiatan tersebut diatas bukanlah penjelasan tentang grammar dari bahasa yang sedang dipelajari, melainkan merupakan jalan yang harus dilalui agar seseorang yang sedang mempelajari bahasa dapat secara sadar atau secara tidak sadar mampu menguasai semua aspek bahasa yang sedang ia pelajari. Proses semacam itulah yang oleh para ahli bahasa disebut sebagai proses internalisasi bahasa.
Dengan demikian secara linguistik pembelajaran bahasa adalah sebuah proses memanipulasi pengalaman berbahasa yang dilakukan secara terus – menerus dan berulang – ulang hingga terjadi internalisasi bahasa yaitu penguasaan grammar bahasa yang sedang dipelajari.
Konsekuensi dari manipulasi pengalaman berbahasa dalam pembelajaran bahasa, isi atau materi pembelajaran haruslah yang bersifat otentik, yaitu bentuk – bentuk kegiatan berbahasa yang benar – benar ada dan dipakai dalam komunikasi nyata.
Perlu disadari bahwa pembelajaran bahasa sebagai sebuah manipulasi internalisasi bahasa terkadang tidak semulus yang diharapkan, oleh karena itu usaha akselerasi terhadap proses tersebut masih tetap diperlukan. Bentuk akselerasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran bahasa antara lain dengan tetap menyelingi pembelajaran dengan eksplanasi dan penggunaan media audio visual. Eksplanasi atau penjelasan dimaksudkan untuk membantu menumbuhkan kesadaran akan grammar yang dilatihkan. Sedangkan sarana audio visual merupakan deskripsi ungkapan yang berfungsi untuk mempercepat pemahaman terhadap pesan yang dikomunikasikan.
Sesuai dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, pembelajaran bahasa dapat dilaksanakan dengan lebih menitikberatkan pada bentuk atau skill tertentu. Listening merupakan fokus yang tepat jika tujuan kegiatan adalah untuk memberikan latihan pasif – reseptif lisan. Apabila latihan dimaksudkan untuk menumbuhkan kemampuan aktif – produktif lisan maka konsentrasi pembelajaran yang tepat adalah speaking. Reading merupakan keterampilan lain yang bersifat pasif – reseptif tertulis dan Writing adalah ketrampilan berbahasa terakhir yang mencerminkan kemampuan aktif – produktif tertulis.
Berdasarkan uraian – uraian diatas dapat disimpulkan pokok – pokok pembelajaran bahasa sebagai berikut:
1. Bahasa adalah sistem grammar bahasa yang memungkinkan si penutur bahasa tersebut dapat berkomunikasi dengan bahasa itu.
2. Pembelajaran bahasa merupakan proses manipulasi pengalaman berbahasa yang tujuan akhirnya adalah internalisasi grammar.
3. Latihan secara terus – menerus dan berulang – ulang merupakan cara yang efektif untuk mencapai internalisasi bahasa.
4. Internalisasi bahasa dapat dipercepat dengan memberikan penjelasan gramatikal dan menghadirkan sarana audio visual.
5. Keaslian materi pelajaran sangat bermanfaat dalam memberikan gambaran fungsi dan bentuk – bentuk bahasa yang secara nyata dipakai oleh penutur asli bahasa yang sedang dipelajari.
Demikian, semoga bermanfaat. Selamat berjuang!

Sumber: http://suaraguru.wordpress.com/2014/04/18/pembelajaran-bahasa-inggris-di-sekolahmadrasah/
Share this article :

0 comments :

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Kepala MIN Wakil Ka.MIN
Mahdi Idrus, S.Ag. (Ka.) dan Person, S.Pd.I (Wakil)
 
WebBlog Created by DATAstudi Information - thankstoomedia corp.
Copyright © 2015. MIS DDI Manding - All Rights Reserved
Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darud Da'wah Wal-Irsyad (DDI) Manding - Polewali Mandar
Kecamatan Polewali - Kabupaten Polewali Mandar - Provinsi Sulawesi Barat